Medika Yunita
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2016M/1437H
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berisi
tentang Analisis Titik Impas.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada bapak Erwin, selaku dosen pembimbing mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan Syariah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini,
penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga
Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal
‘Alamiin.
Bandung, 9 november
2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa,
perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang
ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang
harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih
mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui
terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah
produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian
ataupun keuntungan.
Analisis
titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break Even Point (BEP) merupakan salah
satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan
perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba
(profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila
perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk
baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan
masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta
jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis
BEP memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus
diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh
keuntungan yang maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang penulisan yang telah diuraikan terlebih dahulu maka dibuat suatu
batasan perumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa Pengertian Analisis Titik Impas?
2.
Apa Tujuan Analisis Titik Impas?
3.
Apa Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas?
4.
Apa Rumusan Yang Digunakan?
5.
Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin of Safety)?
6.
Bagaimana BEP Dengan Perubahan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini, selain untuk melengkapi tugas-tugas persyaratan guna
memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah, juga mempunyai
tujuan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain :
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Analisis Titik Impas.
2.
Untuk Mengetahui Tujuan Analisis Titik Impas.
3.
Untuk Mengetahui Asumsi Dan Keterbatasan Analisis Titik Impas.
4.
Untuk Mengetahui Rumusan Yang Digunakan.
5.
Untuk Mengetahui Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin Of Safety).
6.
Untuk Mengetahui Bagaimana BEP Dengan Perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP).
Dalam rangka memproduksi atau
menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu
terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya
dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, di
samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu
caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya.
Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis
pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit
planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan
ingin mengeluarkan suatu produk baru.
Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang
harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa
yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis
BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan
jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak
rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui
bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering
disebut dengan nama cost profit volume
analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman
tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual.
Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.
Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang
dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harusdijual dan keuntungan
maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Jumlah produksi yang akan dijual akan
berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini
menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat
berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu,
salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya
yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui
berapa jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat
lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil keputusan
dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu
produk tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah
keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa arti analisis BEP adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian.
Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh
keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.
B. Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan
analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum
analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya,
jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil
keputusan apabila mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan
informasi tersebut, manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan
keuntungan, dan memprediksi keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan analisis
titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. mendesain spesifikasi produk;
2. menentukan harga jual persatuan;
3. menentukan jumlah produksi atau
penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian;
4. memaksimalkan jumlah produksi;
5. merencanakan laba yang diinginkan; dan
6. tujuan lainnya.
Dalam mendesain suatu produk,
diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi manajemen untuk mengambil
keputusan yang berhubungan dengan biaya dan
harga. Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan
harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini
disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik
impas, kita dapat menguji terlebih dulu kelayakan suatu produk.
Penentuan harga jual per satuan,
sangat penting agar harga jual yang dapat diterima pelanggan. Di samping
pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak
pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang tidak
realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang
akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak
diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu
memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentukan.
Maksud penentuan harga produksi
atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian adalah agar perusahaan
mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari
kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan
perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika dikaitkan
dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
Arti memaksimalkan jumlah produksi
adalah dengan analisis titik impas, kita akan atau tahu, apakah jumlah produksi
sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar jangan sampai ada kapasitas
produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar
berproduksi secara efisien.
Arti
menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu merencanakan
laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya
laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rrupiah yang
diproduksi, kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan
setiap unti produksi yang dijual.
Disamping memiliki tujuan dan mampu
memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP
juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis BEP mau tidak mau pasti
ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut
ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1. Perlu asumsi
Artinya analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah tidak
sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2. Bersifat statis
Artinya analisis ini
hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Analisis BEP hanya baik
digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Artinya jika aliran kas
telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan,
proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5. Hubungan penjualan
dan biaya
Hubungan
penjual dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam
kapasitas penuhm tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya
tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika
diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan
meningkat.
6. Kurang memperhatikan resiko resikoyang terjadi
selama masa penjuala
Artinya
selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya
kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada
akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit
maupu rupiah.
7. Pengukuran
kemungkinan penjualan
Artinya jika hendak membuat grafik pulang pokok yang
didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba
pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap
tingkat harga.
Namun, meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan,
manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan
keuangan, terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke
depan. Hanya saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai
bahan koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
C. Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP
Seperti
yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena
banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang
harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat.
Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat
dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa
dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager
menganggap bahwa asumsi ini harustetap dilakukan dan ini merupakan salah satu
keterbatasan analisis BEP bila kita maumenggunakannya.
Adapun
asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :
1. Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua
macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus
memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya
mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam
hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada
biaya yang tergolong semi variabel dan tetap.
Untuk memisahkan biaya ini dapat
dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a.
Pendekatan analitis, yaitu kita harus
meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per
satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b.
Pendekatan
historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap
dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2.
Biaya
tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara
total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau
penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan
sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki.
Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain.
Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa
atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang
secara total berubah- ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau
penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini
sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada
potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan .
contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh
langsung dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.
4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini
hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau
diproduksi.
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per
satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan
kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan
biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.
D. Rumus yang Digunakan
Untuk
mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus
dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja
masing-masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya
rumus matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam
arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan
dalam menggunkan. Sebagai contoh,dengan menggunakan model matematik, kita dapat
dengan mudah mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya,
penggunaan model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan
dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula. Berikut beberapa model rumus yang dapat
digunakan dalam analisis BEP :
1.
Dengan Rumusan Matematik
a.
Analisis Titik Impas Dalam Unit
b.
Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
BEP = FC
Keterangan
:
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variabel Cost)
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variabel Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales volume)
S = Jumlah Penjualan (Sales volume)
Contoh Kasus
PT. Sungailiat memiliki usaha di bidang
alat perkakas gergaji dengan data sebagai berikut :
c. Kapasitas
produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
d. Harga
jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
e. Total
biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai
berikut :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost):
Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-
Total biaya tetap Rp.150.000.000,-
2.
Biaya
Variable (Variable Cost):
Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-
Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-
Total biaya variabel Rp.250.000.000,-
Pertanyaan:
Cari BEP dalam unit maupun
rupiah
Jawab:
Kapasitas Produksi 100.000 unit
Harga jual per unit Rp. 5000,-
Harga jual per unit Rp. 5000,-
Penjualan 100.000 unit
x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-
Biaya Tetap Unit =
Biaya Variabel Unit =
Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :
Total penjualan 100.000 unit x
Rp.5000,-.................................................................... = Rp.500.000.000,-(100 %)
Total biaya variabel..................................................... = Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Marginal Income......................................................... = Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Total biaya tetap......................................................... = Rp.150.000.000,- ( 30 %)
Laba............................................................ =Rp.100.000.000,-( 20 %)
Total biaya variabel..................................................... = Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Marginal Income......................................................... = Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Total biaya tetap......................................................... = Rp.150.000.000,- ( 30 %)
Laba............................................................ =Rp.100.000.000,-( 20 %)
Untuk mencari BEP dalam unit adalah
sebagai berikut :
BEP (unit) unit
BEP (unit) unit
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah
sebagai berikut :
BEP (rupiah) = Rp150.000.000 =
Rp 300.000.000
Cara lain dapat dilakukan
untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 =
Rp.300.000.000,-
2. Dengan Coba-coba
Jumlah Unit Penjualan
|
Jumlah Rupiah Penjualan
|
Biaya Tetap
|
Biaya Variabel
|
Total Biaya
|
Laba (Rugi)
|
10.000
|
50.000.000
|
150.000.000
|
25.000.000
|
175.000.000
|
(125.000.000)
|
20.000
|
100.000.000
|
150.000.000
|
50.000.000
|
200.000.000
|
(100.000.000)
|
30.000
|
150.000.000
|
150.000.000
|
75.000.000
|
225.000.000
|
(75.000.000)
|
40.000
|
200.000.000
|
150.000.000
|
100.000.000
|
250.000.000
|
(50.000.000)
|
50.000
|
250.000.000
|
150.000.000
|
125.000.000
|
275.000.000
|
(25.000.000)
|
60.000
|
300.000.000
|
150.000.000
|
150.000.000
|
300.000.000
|
0
|
70.000
|
350.000.000
|
150.000.000
|
175.000.000
|
325.000.000
|
25.000.000
|
80.000
|
400.000.000
|
150.000.000
|
200.000.000
|
350.000.000
|
50.000.000
|
90.000
|
450.000.000
|
150.000.000
|
225.000.000
|
375.000.000
|
75.000.000
|
100.00
|
500.000.000
|
150.000.000
|
250.000.000
|
400.000.000
|
100.000.000
|
Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita
inginkan sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan
seperti berikut ini.
3. Dengan
Grafik
Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk
tiap-tiap masing unit penjualan terdapatinformasi yang lengkap setiap rupiah
penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi
manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat
seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari
segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
E. Tingkat
Keamanan (Margin of Safety)
Tingkat kemanan atau Margin of
Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai
anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman digunakan untuk
mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi
penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Rumus yang digunakan untuk mencari
tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) adalah sebagai berikut.
1. Penjualan MoS yang direncanakan
1. Penjualan MoS yang direncanakan
2.
Penjualan MoS
Dari data
sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :
dibulatkan (167%)
dibulatkan (167%)
Ini berarti
bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari tingkat
penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik impas yang
telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan
dapat dicari sebagai berikut.
Pertama :
67 % x
Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-
Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
F. BEP dengan Perubahan
Dalam
praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya
berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya pihak manajemen
harus selalu mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan
menyebabkan perubahan perolehan titik impas. Berikut ini adalah berbagai sebab
yang mengakibatkan perubahan titik impas.
1.
Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit
Sebagai
contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga jual per unit dari
Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh kenaikan harga jual ini akan
berdampak terhadap BEP yang akan berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah
maupun unit.
BEP yang
baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai berikut :
BEP
(Rupiah) = Rp 150.000.000 =
BEP (Rupiah) = Rp 150.000.000 = Rp 257,144.327
Nilai
Rp.600.000.000,- dapat pula dicari dari
jumlah kapasitas produksi 100.000 unit kali harga jual baru Rp.6000,-
Dari BEP rupiah tampak terjadi penurunan
sebesar Rp 42.855.673,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,-
Atau
Dari BEP
dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari 60.000 unit
menjadi 42.858 unit.
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual
perunit sebesar Rp.1000,-misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang
baru adalah sebagai berikut :
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar
Rp.100.000.000,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,-
Dari BEP
dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari 60.000unit
menjadi 66.667 unit.
2.
Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap
Seperti
diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan tetap
(konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap, otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya,
apabila biaya tetap turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya
diakibatkan karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau
penurunan (efisensi).
Sebagai
contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah dari
Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan biaya tetap
sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap.
1- Rp 500.000.000,-
Dari
BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu dariRp.300.000.000,-
menjadi Rp.360.000.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi
kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu dari60.000 unit menjadi 72.000 unit.
BEP
(rupiah) =
1- Rp 500.000.000,-
Demikian pula jika terjadi penurunan
biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya tetap sebesar 10 % dari semula
Rp. 150.000.000,- menjadiRp.135.000.000,-
3.
Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel
BEP akan juga ikut berubah apabila
terjadi perubahan, baik terhadap peningkatan maupun penurunan biaya variabel.
Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel sebesar 20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah
sebagai berikut.
Rp
500.000.000
Kemudian, sebaliknya jika terjadi
penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20%, BEP akan berubah sebagai
berikut.
1- Rp 500.000.000
4.
Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran
Penjualan
campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan penjualan antara beberapa
macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini
berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi
dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.
Sebagai
contoh PT. Yumiko memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut :
Komponen
|
Produk A
|
Produk B
|
Total
|
Sales
|
60.000 unit
= Rp 300.000.000
|
40.000.000 unit
= Rp 300.000.000
|
Rp 600.000.000
|
VC
|
60% = Rp
180.000.000
|
40% = Rp 120.000.000
|
Rp 300.000.000
|
FC
|
= Rp 60.000.000
|
= Rp 120.000.000
|
Rp 180.000.000
|
Total Cost
|
= Rp 240.000.000
|
= Rp 240.000.000
|
Rp 480.000.000
|
Laba Bersih
|
= Rp 60.000.000
|
= Rp 60.000.000
|
Rp 120.000.000
|
5. Penentuan
Harga Jual Minimal
Suatu
perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit
margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya
perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang
telah ditargetkan dapat dicapai sehingga. Bila tidak, kita sulit untuk melihat
berapa penjualan yang dicapai.
Kegiatan PT
Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada penjualan (S)sebesar
Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC) yang dikeluarkan Rp.120.000.000 diperkirakan
penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun.Untuk tahun
2008 perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,-
Pertanyaan
:
Berapa penjualan minimal yang harus
ditetapkan ?
Jawab:
Seperti diketahui bahwa dalam
keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan penjualan atau :
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi dari
soal di atas :
VC =
300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000
Selanjutnya,
terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) :
Sales
minimal adalah sebagai berikut :
Sales Minimal =
Jadi untuk
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- diperlukan penjualan Rp.
425.000.0000,-. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
Penjualan.............................................................................. =
Rp 425.000,00
VC (60% x
Sales)................................ =
Rp 225.000,00
FC........................................................ =
Rp 120.000,00
Total Biaya........................................................................... =
Rp 375.000,00
Keuntungan.......................................................................... =
Rp 50.000,00
Selanjutnya jika perusahaan menetapkan
dalam profit margin, misalnya 20% (0,2), sales minimal dapat dicari sebagai
berikut.
Sales
minimal = x
Atau dengan cara lain:
Sales
Minimal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Analisis
titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi
tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat
digunakan untuk :
1. Desain produk
2. Pembelian peralatan
dana
3. Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas
adalah :
1. Membutuhkan banyak
asumsi terbatas
2. Bersifat statis
3. Tidak digunakan untuk
mengambil keputusan akhir
4. Tidak menyediakan
pengujian aliran kas yang baik
5. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang
terjadi selama masa penjualan.
Asumsi dan keterbatasan analisi
titik impas adalah sebagai berikut.
1. Biaya yang digunakan
hanya dua macam, yaitu memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel
2. Biaya tetap dianggap
konstan sampai kapasitas tertentu saja
3. Biaya variabel
berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume penjualan
4. Hanya digunakan satu
macam harga barang yang dijual atau diproduksi
5. Tidak ada perubahan
harga jual
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir,
Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar