Rabu, 11 Januari 2017



Medika Yunita
    



PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2016M/1437H


KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya  maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berisi tentang Analisis Titik Impas.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada bapak Erwin, selaku dosen pembimbing mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
                            Bandung, 9 november 2016
                                                Penulis




BAB  I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis Break  Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk  baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan terlebih dahulu maka dibuat suatu batasan perumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa Pengertian Analisis Titik Impas?
2.      Apa Tujuan Analisis Titik Impas?
3.      Apa Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas?
4.      Apa Rumusan Yang Digunakan?
5.      Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin of Safety)?
6.      Bagaimana BEP Dengan Perubahan?

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk melengkapi tugas-tugas persyaratan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah, juga mempunyai tujuan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain :
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Analisis Titik Impas.
2.      Untuk Mengetahui Tujuan Analisis Titik Impas.
3.      Untuk Mengetahui Asumsi Dan Keterbatasan Analisis Titik Impas.
4.      Untuk Mengetahui Rumusan Yang Digunakan.
5.      Untuk Mengetahui Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin Of Safety).
6.      Untuk Mengetahui Bagaimana BEP Dengan Perubahan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP).

Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
          Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis Break  Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk  baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
          Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harusdijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.
          Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.

B.       Tujuan Analisis Titik Impas / BEP

Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya, jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan apabila mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan memprediksi keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1.      mendesain spesifikasi produk;
2.      menentukan harga jual persatuan;
3.      menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian;
4.      memaksimalkan jumlah produksi;
5.      merencanakan laba yang diinginkan; dan
6.      tujuan lainnya.
   Dalam mendesain suatu produk, diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan biaya dan  harga. Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita dapat menguji terlebih dulu kelayakan suatu produk.
    Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga jual yang dapat diterima pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentukan.
    Maksud penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
    Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan atau tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
    Arti menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rrupiah yang diproduksi, kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unti produksi yang dijual.
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis BEP mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1.      Perlu asumsi
Artinya analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2.      Bersifat statis
Artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3.      Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4.      Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5.      Hubungan penjualan dan biaya
         Hubungan penjual dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuhm tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
6.      Kurang memperhatikan resiko resikoyang terjadi selama masa penjuala
         Artinya selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit maupu rupiah.
7.      Pengukuran kemungkinan penjualan
Artinya jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga.
Namun, meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan, manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan, terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.

C.      Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harustetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita maumenggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :
1.      Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap.
Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a.    Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b.    Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2.      Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3.      Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah- ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.
4.      Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
5.      Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu  periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.

D.      Rumus yang Digunakan

Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai contoh,dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula. Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP :
1.    Dengan Rumusan Matematik
a.      Analisis Titik Impas Dalam Unit
b.      Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
BEP = FC
             

Keterangan :
BEP =
Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC  
Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC  =
 Biaya Variabel Persatuan  (Variabel Cost)
P     =  Harga Jual Persatuan (Price)
S     =
 Jumlah Penjualan (Sales volume)
Contoh Kasus
PT. Sungailiat memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji dengan data sebagai berikut :
c.       Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
d.      Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
e.       Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1.      Biaya Tetap (Fixed Cost):
Overhead Pabrik                                          Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi                                             Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi dan umum                     Rp. 25.000.000,-
Total biaya tetap                                          Rp.150.000.000,-
2.      Biaya Variable (Variable Cost):
Biaya bahan langsung                                  Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung                        Rp. 85.000.000,-
Overhead pabrik                                          Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi                                            Rp. 45.000.000,-
Biaya administrasi dan umum                     Rp. 30.000.000,-
Total biaya variabel                                     Rp.250.000.000,-
Pertanyaan:
Cari BEP dalam unit maupun rupiah
Jawab:
Kapasitas Produksi      100.000 unit
Harga jual per unit       Rp. 5000,-
Penjualan 100.000 unit  x  Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-
Biaya Tetap Unit =
Biaya Variabel Unit =
Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :
Total penjualan 100.000 unit x
Rp.5000,-.................................................................... =   Rp.500.000.000,-(100 %)
Total biaya variabel..................................................... =   Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Marginal Income......................................................... =   Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Total biaya tetap......................................................... =   Rp.150.000.000,- ( 30 %)
Laba............................................................ =Rp.100.000.000,-( 20 %)
Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :
BEP (unit) unit
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :
BEP (rupiah) = Rp150.000.000 = Rp 300.000.000
                   

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-
2.  Dengan Coba-coba
Jumlah Unit Penjualan
Jumlah Rupiah Penjualan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Laba (Rugi)
10.000
50.000.000
150.000.000
25.000.000
175.000.000
(125.000.000)
20.000
100.000.000
150.000.000
50.000.000
200.000.000
(100.000.000)
30.000
150.000.000
150.000.000
75.000.000
225.000.000
(75.000.000)
40.000
200.000.000
150.000.000
100.000.000
250.000.000
(50.000.000)
50.000
250.000.000
150.000.000
125.000.000
275.000.000
(25.000.000)
60.000
300.000.000
150.000.000
150.000.000
300.000.000
0
70.000
350.000.000
150.000.000
175.000.000
325.000.000
25.000.000
80.000
400.000.000
150.000.000
200.000.000
350.000.000
50.000.000
90.000
450.000.000
150.000.000
225.000.000
375.000.000
75.000.000
100.00
500.000.000
150.000.000
250.000.000
400.000.000
100.000.000
Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti berikut ini.
3.    Dengan Grafik
       Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapatinformasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
E.       Tingkat Keamanan (Margin of Safety)
Tingkat kemanan atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) adalah sebagai berikut.
1. Penjualan MoS yang direncanakan
2.   Penjualan MoS

Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :
 dibulatkan (167%)
Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut.
Pertama           : 67 %  x  Rp.300.000.000,-  =  Rp. 201.000.000,-
Kedua             :  40 %  x  Rp.500.000.000,-  =  Rp. 200.000.000,-

F.       BEP dengan Perubahan

Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya pihak manajemen harus selalu mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan perubahan titik impas.
1.      Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit
Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga jual per unit dari Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh kenaikan harga jual ini akan berdampak terhadap BEP yang akan berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah maupun unit.
BEP yang baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai berikut :
BEP (Rupiah) =     Rp 150.000.000        =
                       
BEP (Rupiah) =  Rp 150.000.000         = Rp 257,144.327
                         
Nilai Rp.600.000.000,-  dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi 100.000 unit kali harga jual baru Rp.6000,-
Dari BEP rupiah tampak terjadi penurunan sebesar Rp 42.855.673,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,-
Atau
Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit.
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar Rp.1000,-misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru adalah sebagai berikut :
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.100.000.000,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari 60.000unit menjadi 66.667 unit.

2.      Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap
Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap, otomatis  BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau penurunan (efisensi).
Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah dari Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap.
1-                           Rp 500.000.000,-
            Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu dariRp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,-

            Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu dari60.000 unit menjadi 72.000 unit.

BEP (rupiah) =
1-          Rp 500.000.000,-
            Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya tetap sebesar 10 % dari semula Rp. 150.000.000,- menjadiRp.135.000.000,-
3.      Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel
BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap peningkatan maupun penurunan biaya variabel. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel sebesar  20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut.

                               Rp 500.000.000
Kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20%, BEP akan berubah sebagai berikut.

1-         Rp 500.000.000

4.      Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran
Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.
Sebagai contoh PT. Yumiko memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut :
Komponen
Produk A
Produk B
Total
Sales
60.000 unit
              = Rp 300.000.000
40.000.000 unit
                 = Rp 300.000.000
Rp 600.000.000
VC
60%      = Rp 180.000.000
40%          = Rp 120.000.000
Rp 300.000.000
FC
              = Rp   60.000.000
                 = Rp 120.000.000
Rp 180.000.000
Total Cost
              = Rp 240.000.000
                 = Rp 240.000.000
Rp 480.000.000
Laba Bersih
              = Rp   60.000.000
                 = Rp   60.000.000
Rp 120.000.000

5.      Penentuan Harga Jual Minimal
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat dicapai sehingga. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai.
Kegiatan PT Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada penjualan (S)sebesar Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC) yang dikeluarkan Rp.120.000.000 diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun.Untuk tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,-
Pertanyaan :
Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?
Jawab:           
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan penjualan atau :
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi dari soal di atas :
VC = 300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000
Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) :


Sales minimal adalah sebagai berikut :
Sales Minimal =
Jadi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- diperlukan penjualan Rp. 425.000.0000,-. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
Penjualan.............................................................................. = Rp 425.000,00
VC (60% x Sales)................................ = Rp 225.000,00
FC........................................................ = Rp 120.000,00
Total Biaya........................................................................... = Rp 375.000,00
Keuntungan.......................................................................... = Rp 50.000,00

          Selanjutnya jika perusahaan menetapkan dalam profit margin, misalnya 20% (0,2), sales minimal dapat dicari sebagai berikut.
Sales minimal = x

Atau dengan cara lain:
Sales Minimal


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
          Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat digunakan untuk :
1. Desain produk
2. Pembelian peralatan dana
3. Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas adalah :
1. Membutuhkan banyak asumsi terbatas
2. Bersifat statis
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5.  Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan.
Asumsi dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut.
1. Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel
2. Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas tertentu saja
3. Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume penjualan
4. Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual atau diproduksi
5. Tidak ada perubahan harga jual


DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar